spider

Rabu, 07 September 2011

FKUI=>STAN (curhatan temen)

Assalamualaikum..
Sepurane dolp, wis ngenteni suwi.. jik enek beberapa tanggungan sing kudu diprioritasne,
Sebelume suwun bgt ya, wis gelem ngrungokne hal-hal kayak ngeneki
Btw nggawe bahasa indonesia ae lah ya, tak woco2 koq rodok aneh ngene. Wkwk..
ya gitu dolph, :D
awalnya ak males juga kalo harus cerita ke orang, bukan apa-apa, dikit banget orang yang bisa ngerti. Bukannya mereka nggak mau ngerti sih, hanya karena aku gak suka cerita setengah-setengah. ...Percuma, hal yang aku sampaikan g akan berefek apa2 ke mereka kalo aku ceritanya setengah2. beda kalo aku ceritanya dari awal, mungkin bakalan lebih bermanfaat. Masalahnya, cerita dari awal berarti membutuhkan timing, tempat, kondisi yang tepat. Dan itu susah aku dapati. Sampai sekarang hanya ada 1 orang yang benar2 ngerti masalah kepindahanku ke STAN. Aku g bisa terlalu terbuka sama orang lain. Bahkan, keluargaku aja mungkin g tau... satu orang ini, yang selalu menjadi teman berdiskusi. Percaya pa g? Aku baru menemukan alasan sebenarnya kepindahanku ke STAN pas semester 6. Semester yang banyak nganggurnya . justru karena itu aku lebih bisa memikirkan diriku sendiri. Alhamdulillah dari hasil pemikiran2 itu aku menemukan kesimpulan.. sebelumnya, kalo ditanyai kenapa pindah dari FKUI, jawabanku mungkin terkesan ngasal dan hal itu membuat orang lain berpikiran kalo alasanku konyol banget dan kurang dewasa. Mereka nggak salah. Aku nya aja yang males nyritain... karena akan membuka luka lama. Haha. Membuat berpikir ke belakang lagi dan akan ada lagi perasaan yang sangat tidak enak. Makanya, aku cenderung cuek. Tapi kalo dibilang cuek banget ya salah sih. Aku masih sering sakit hati kalo ada orang yang ngomong ke orang lain kalo aku pindahan dari FKUI. Mungkin bagi orang lain tu biasa aja, tapi sama sekali enggak bagiku. Seperti yang aku sampaikan sebelumnya, hal itu hanya menjadi beban, bukan motivasi.. woiya dolph, berarti dirimu orang kedua yang aku kasih tau cerita keseluruhan yaa.. moga bisa bermanfaat lah. Oke2 ? langsung ke ceritanya aja deh...
pertama, mungkin sangat penting kalo aku nyritain karakterku sebelum kuliah.. hehe, bukan buat pemanis dolph.. menurutku justru itu yang sangat berpengaruh. Aku cerita fakta banget nih, dengan maksud agar kamu lebih bisa masuk ke ceritaku. Insyaalloh 100% gak ada kebohongan di tulisan ini. Asli.. 
keluargaku tu type keluarga yang sangat mementingkan pendidikan. Dari awal aku udah terbiasa dengan target-target dari Bapak ku. Target harus pinter, harus sukses, harus bisa membanggakan keluarga, dll.. Aku udah dibiasakan kerja keras dari kecil dolph. Sebelum TK pun ak udah nganggap belajar tu kebutuhan dolph, haha.. aku udah nganggep dia setaraf sama kebutuhan makan! Parah. Tapi g salah juga sih Bapak ku menerapkan pendidikan kayak gitu. Beiau berprinsip kalo hidup tu harus ada target. Bukan masalah perempuan pa laki2, semuanya harus kerja keras untuk maju. G perlu mengandalkan orang lain. Suatu saat, kita tidak bisa mengandalkan mereka. mau tidak mau kita harus berdiri di atas kaki sendiri.. memacu dan memeras pikiran sendiri. overall bener. Banyak yang aku dapatkan dari pemikiran seperti itu. bukan bermaksud sombong dolph, peringkat 1 paralel selalu aku dapatkan dari SD, SMP. Juara olimpiade matematika juga beberapa kali aku raih. Yang paling membanggakan bagi Bapak ku pas NEM ku SMP terbaik sekabupaten dan akhirnya masuk koran lokal di daerahku. Nama orang tuaku jadi lebih terkenal . Orang-orang semakin kagum pada didikan orang tuaku. Maklum, waktu itu SMP ku terbilang pinggiran, tapi bukan kualitas buangan. Sampai akhirnya aku bisa masuk SMA favorit dan bisa dapet peringkat 1 paralel di semester pertama. Keluargaku sangat surprise sama prestasi itu. Menjadi juara 1 dari para juara emang rasanya sangat mengagumkan dan menyenangkan dolp... saking senangnya, mereka beli motor baru khusus buatku. Padahal aku g pernah minta dan saudaraku aja g pernah mendapatkan apresiasi yang besar seperti itu. yah, waktu itu aku ya senang2 aja liat perlakuan orang tuaku. Semester 2 s.d. akhir SMA peringkatku lebih fluktuatif. Persaingan semakin berat. Meskipun begitu, paling enggak posisiku masi bisa dibilang aman. Cukup menjadi 5 besar dan masih bisa merebut juara olimpiade bisa membuat orang tuaku lega..  sampai pada akhirnya aku bisa masuk FKUI atas kerja kerasku waktu itu. Mereka sangat senang. Alhamdulillah.
Lalu apa masalahnya? Masalahnya ada pada diriku sendiri. Aku sadar, aku bukan orang yang pintar. Aku bukan orang yang cerdas. Aku hanya bermodal kerja keras dari didikan keluargaku dan tentu saja doa. Kalo kamu tanya pada temen2ku SMA bagaimana aku dulunya, mungkin mereka akan sepakat kalo aku orangnya ambisius. Terlalu fokus dan g nengok kemana-mana. Tiap hari aku belajar smpek malem dan selalu ikut bimbel untuk membantuku belajar. Bahkan aku bisa dikatakan kurang bisa bergaul akibat kegiatanku yang seperti itu. Pengalaman organisasiku sangat payah. Hanya pernah menjadi ketua study club matematika waktu itu. bukan karena apa2, kata Bapak ku soft skill seperti itu bisa dipelajari nanti saja. Yang terpenting adalah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang pelajar dulu.. kalo ada acara sekolah d luar kegiatan belajar, aku tidak pernah ikut kalo memang bukan kegiatan wajib.. ya begitulah.. hidupku hanya fokus pada satu hal. Yang aku tahu, aku belajar, berdoa, bekerja keras, dan aku akan berpeluang besar mendapatkan apa yang aku inginkan. Prestasi. Keluarga bahagia. Semuanya terdengar biasa aja kan dolph?? Emang begitu yang seharusnya dilakukan. tapi, secara tidak sadar, hidupku waktu itu sangat menyedihkan. Bukan menyedihkan ding, memprihatinkan lebih tepatnya. Hidupku berasa dikejar waktu dan ambisi. Aku g senang kalo g bisa mewujudkan keinginanku. Bahkan, (nyambung sama ceritaku yang di atas) aku nangis berhari-hari waktu ngliat NEM ku SMP. Kenapa? Karena aku g bisa dapet nilai sempurna di peajaran matematika. Waktu itu ak hanya dapet 9,67 yang berarti cuman salah satu dari 40 soal. Padahal jelas2 nilai NEM ku terbaik sekabupaten waktu itu(sekali lagi bukan bermaksud sombong). Memprihatinkan banget kan??? Aku terjebak oleh didikan Bapak ku sendiri. Bukan bapakku yang salah. Aku nya saja yang salah menginterpretasikan pesan yang aku tangkap dari Bapak ku.. Bapak ku sudah melakukannya dengan benar. Hanya aku yang terlamabat menyadarinya..
Trus apa hubungan itu semua sama alasanku memilih STAN?? Ceritane gini, biasa masa awal kuliah mungkin bagiku butuh perjuangan dolph. Waktu masi di UI aku udah ikut ospek kampus, fakultas, dan segala macam kegiatannya. Semuanya berjalan normal. Tapi, ada semacam ketidakpuasan di hatiku. Gambaran tentang masa kuliah yg menyenangkan dan harapan untuk bisa mengembangkan diri tidak pernah ada. Aku benci rutinitas kampus di sana. Mulai dari berangkat pagi2 s.d. pulang sore,kehidupan asrama yang membosankan,dll... membayangkan kalo aku bakalan di sana selama 5 tahun aja udah takut aku.. tapi, itu semua mungkin hal sepele bagi orang2 yang PUNYA IMPIAN JADI DOKTER. Itu semua cuman kerikil bagi mereka. kerikil yang gampang saja disingkirkan tanpa mempengaruhi cita-cita mereka. tapi enggak bagiku dolph.. jangankan punya impian jadi dokter, kalo waktu itu ada orang yg tanya aku ingin jadi apa, mungkin ak akan kebingungan menjawabnya. Dari awal aku gak pernah punya impian. Kenapa? Karena aku g punya wawasan!! Ak g ngerti diriku sendiri. Ak ga tau dimana tempat terbaikku. Aku g punya rencana masa depan. Yang aku tahu hidup ini harus sukses dan sukses itu hanya bermodal kerja keras, doa, dan nasib. Tanpa tahu kesuksesan itu akan aku tempuh dalam bidang apa.. Selama 12 th aku sekolah, kepentinganku hanya itu2 saja. Aku beda dengan orang2 yang punya impian dari kecil. Mungkin,bukan hal yang penting kita punya cita-cita pa enggak. Toh banyak orang lain yang jalannya mulus2 saja walau awalnya sama2 ga punya cita2. Banyak temenku yang dulunya juga bingung mau ngambil jurusan apa. Tapi setelah masuk di jurusan tertentu, mereka dengan senang hati menjalaninya tanpa keluhan.. sekali lagi, itu sangat berbeda denganku. Ketika aku dihadapkan pada 2 pilihan yang berat (STAN dan UI),aku ga bisa berpikir jernih. Di satu pihak, aku udah ngejalani yang di UI dan ternyata aku mengeluhkan hal-hal yang sepele. Otomatis saat itu aku mempertimbangkan untuk pindah ke STAN dengan harapan kehidupan kuliah yang menyenangkan. Aku gak terlalu kuat untuk mempertahankan posisiku di UI. Lagi-lagi karena aku ga terlalu niat untuk jadi dokter. Lagi-lagi karena aku gak punya impian. Waktu itu aku ingin berspekulasi ngejalani dua-duanya (STAN dan UI). Meskipun ga ada peraturan yang melarangnya, keputusan itu akan sulit dilaksanakan. Mengingat jadwal kuliah yang berpeluang besar bertabrakan. So, waktu itu keputusanku sangat berani. Daripada aku menggalau terus2an dan bikin orang tuaku bingung, langsung aja aku tepon orang tuaku untuk dipindahkan di STAN dengan alasan aku nggak betah di UI. Orang tuaku agak kecewa. Bayangan kelak mereka memiliki anak seorang dokter kayaknya udah hampir ga terrrealisasi. Waktu itu aku inget banget, dalam pembicaraan telepon itulah untuk pertama kalinya aku mendengar tangisan ibuku gara2 ga tega dengan keadaanku dolph.. tapi aku sangat bersyukur mereka mau mengerti. Mereka mendukung pilihanku walau aku sendiri pun ga terlalu yakin dengan pilihanku. Aku udah tau STAN sejak lama. Menurutku itu bukan tempat kuliah yang buruk... jadi, kamu boleh menyimpulkan kalo awalnya aku memilih STAN hanya gara-gara menginginkan kesenangan sesaat... Aku ingin keluar dari rutinitas kampus UI yang membosankan.
Lalu, selama hampir 3 tahun kuliah di STAN aku pengen banget menghapuskan memori tentang FKUI. Kalo inget masa2 itu, rasa bersalah dan kecewa pada diri sendiri kadang ga bisa dihindari dolph.. begitu terus2an sampai akhirnya aku cuek dengan semuanya. Aku berusaha menikmati apa yang ada di STAN. Kadang aku berpikir kalo pilihan itu sebenarnya sama aja. Banyak hal yang aku dapet di STAN dan mungkin ga akan aku dapet kalo aku di tempat lain. Sebaliknya, mungkin aku tetap menjadi dessy seperti yang dulu kalo masih berada di UI. Dessy yang masih ambisius yang dengan mudah berlindung di balik nama besar FKUI. Walau sebodoh-bodohnya aku, tetap saja orang akan menilai aku seorang calon dokter yang dinilai pintar. Namun, di STAN aku lebih banyak mendapatkan nilai hidup. Aku lebih banyak mendapatkan pelajaran sosial. Aku lebih bisa menempatkan diri. Sifat Ambisius ku lama-lama hilang. Aku kuliah normal seperti anak lain.dll.. Semua itu tentu saja bukan hal yang gampang. Pada awal kuliah, sama aja dolph.. aku tetap belajar smpek malem. Ambisius ku belum berkurang. Aku ingin membuktikan pada orang tuaku kalo dimanapun tempatnya aku tetep bisa berprestasi. Tapi, ternyata aku mengalami kesulitan. Bisa dikatakan aku kecewa berat dengan STAN. Usaha maksimal dan doa saja ternyata belum cukup untuk mendapat kepuasan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi. Contohnya faktor dosen. Dari situ aku mulai menilai kalo STAN bukan tempat berkompetisi yang bagus. Aku kecewa. Lama-lama aku capek. Mulai tingkat 2 aku udah males2an belajar.. Aku yang dulu udah sangat berbeda dengan yang sekarang :D
Terus, gimana dengan sekarang?? satu hal yang mendasar, Aku ga mau atau lebih tepatnya terlalu takut untuk mengakui kalo keputusanku untuk pindah ke STAN adalah keputusan yang salah. yang aku lakukan sekarang adalah berusaha membangun kepercayaan diri bahwa peluang kesuksesan masih terbentang di depan sana. Apapun yang aku pilih, aku akan berusaha konsisten dengan pilihan tersebut. Aku ga mau dikatakan pengecut. Aku tetap harus meneruskan apa yang udah aku pilih. Aku yakin, dengan kerja keras dan doa semuanya akan berakhir dengan indah.. STAN banyak memberikan pelajaran hidup. STAN bagiku adalah kampus kehidupan. STAN udah menyadarkanku dari sifat yang memang harus aku kendalikan.. Aku ga mendapat prestasi luar biasa tapi mendapatkan hal lain yang tentunya sangat mahal bila harus dibeli.. Alhamdulillah..
Misalkan, suatu saat ada orang yang minta pertimbangan apakah dirinya harus memilih masuk FK atau tidak, aku akan menyarankan untuk masuk saja. Sampai sekarang aku masih berpikir kalo profesi dokter adalah profesi terbaik. Sangat mulia bila dijalankan dengan tulus ikhlas. Memberikan kita lahan pahala untuk bekal kelak di akhirat. Tapi, bila ada seseorang yang tanya apakah harus memilih dokter atau pekerjaan lain walaupun sangat rendah tapi sesuai dengan impiannya, tanpa ragu aku menyarankan untuk menuruti keinginannya saja.. baru saat ini aku tau kalo impian/cita-cita itu sangat penting. Cita-cita lah yang membuat kita berjalan lurus fokus pada satu tujuan. Cita-cita lah yang akan menang meskipun kita dihadapkan pada ribuan pilihan yang menggiurkan. Kelak, kalo aku udah punya anak, hahaaa.. aku akan menghiasi hidupnya dengan wawasan akan cita-cita..
itu aja, dolph...
mungkin masih ada pertanyaan atau bahkan kebingungan, tapi ya begitulah..
yang penting sekarang adalah bersyukur masih diberi kesempatan kuliah. Di luar sana masih banyak orang2 cerdas yang ga punya kesempatan. Orang2 brillian yang ga bisa menyalurkan ide2 hebatnya..
tetap kerja keras dan berdoa.. Alloh akan mempertimbangkan. Aamin..
doakan aku konsisten dengan pilhanku..
di luar sana akan lebih banyak lagi yang akan kita temukan. Ambil semua pelajaran hidup dolph..
demi kemajuan kita sendiri.. perjuangkan apa yang telah dipilih. Kesempatan mendapatkan impian dan cita-cita belum berakhir.. terus cari dan gali untuk hidup yang lebih bermakna
suatu saat kita akan menemukan jawabannya walau jawaban itu buka jawaban yang kita harapkan. Tapi, jawaban itu adalah awal kebangkitan.. jangan berhenti berharap.. jalan masih panjang
Btw, ga terasa udah mau lulus yaa.. Aku yakin, di dunia kerja nanti akan lebih banyak dinamika yang kita temui. Entah itu hal positif atau negatif. Semoga kita bisa istiqomah,,, saling mendoakan yaaa 
semoga kita semua sukses, dolph...!!!!
Semoga kita semua bisa bermanfaat bagi orang lain karena itu adalah esensi dari hidup
Aku senang bisa menulis tulisan seperti ini pada teman-temanku.. 
Lain kali mungkin akan kusampaikan juga pada orang lain yang dengan tulisan ini aku anggap bisa mendatangkan manfaat. Hidup hampir 22 tahun akan sangat sia-sia kalo tidak berguna bagi orang lain kan,
Wassalamualaikum....
Blingify.com - Guys Backgrounds