spider

Rabu, 14 Agustus 2013

Sebuah Pesan yang Tertunda,

A letter that wroted to my dear, my beloved sister. Bismillahir Rokhmanir Rokhiim, Waktu memang tak pernah punya rasa lelang untuk sejenak berhenti, sejenak saja, nggak pernah. Dari waktu sebelum atau pas kita mengenakan seragam hijau kuningnya, Taman kanak-kanak ABA hingga kini telah kita tanggalkan seragam putih abu-abu. Dari waktu ketika "umbel" masih meler hingga waktu sekarang, waktu yang kita kendarai sampai pada usia yang cukup matang untuk memikirkan ehem..titiktitik.... ehhhmmm satu fakta bahwa setelah kita mengantar orang tua kita ke satu titik di jalan magelang itu, semua tugas pokok dan fungsi dialihkan kepada nenek, nenek yang sangat berjasa besar yang mebungkus rasa kasihsayangnya, proteksi dan segala pernak pernik keorangtuaan dalam cara mendidik yang boleh dibilang agak keras. Namun kita sekarang kita bisa merasakan atau kalaupun engkau belum merasakannya maka yakin pasti kelak ketika menjadi orang tua engkau pasti mengerti betapa luar biasanya beliau, Semoga Alloh merahmatinya dan melapangsinari kuburnya dengan segala keberkahan. Namun, sebelum menjadi orang tua, maka kita pasti dan harus memikirkan siapa seseorang yang akan membersamai kita untuk bersama-sama menjadi orang tua. Satu pilhan untuk seumur hidup bahkan semur setelah hidup kembali. Sebuah spekulasi terbesar dalam kehidupan. Karenanya sedikit pesan ini semoga menjadi perwakilan orang tua dan bermanfaat. Baru saja telefon dari Bapak datang, dan satu hal yang terngiang adalah "Jaman sekarang bukan lagi jaman Siti Nurbaya, Jaman sekarang adalah Jaman Kebo nusu Gudhel." Satu sisi kita harus bersyukur karena biasanya kalimat itu dilantangkan dari anak kepada orang tua, tapi ini kebalikan. Ya itu berati kita diberi kebebasan mutlaq untuk memilih, menentukan dan menetapkan pilihan itu sesuai kecocokkan hati. Di sisi yang lain hal itu berarti ada pengalihan kewajiban dari orang tua kepada kita, memang seharusnya orang tua lah yang mencarikan seseorang itu untuk anaknya. Walaupun kewajiban ini bukanlah suatu yang berat bahkan mungkin lebih menyenangkan dan kita lebih nyaman dengan kondisi ini. Oleh karenanya semoga amanah yang dilimpahkan ini dapat kita laksanakan dengan bertanggung jawab dan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan kita dan juga ayah ibu kita. Sedikit bicara tentang pilihan itu, 1. inner beauty Sebagai seorang muslim inner beauty bolehlah kita sama artikan dengan akhlaq. Bagaimana akhlaq orang itu terhadap agamanya, terhadap orang tuanya dan lain-lain. memang tiada manusia yang sempurnya tapi setidaknya dapat kita pilih sekalipun hanya dengan merasakan secara subjekti melalui perasaan dan pengamatan kita. memilih yang inner beauty nya bagus bukan berarti mengecilkan tampilan luarnya. harmony dari keduanya insya Alloh akan menghasilkan pilihan yang jempoan.When you get married, you married for life. 2. Yakini bahwa kalian berdua akan saling membahagiakan, Look for the right chemistry. Sudah fitrah bagi kita untuk mempunya kecenderungan terhadap laki-laki dan begitupun sebaliknya. Suka, harus lawan jenis dan memang harus lawan jenis ndak boleh suka sejenis yang tentunya berhak untuk menikahi atau kita nikahi. kecenderungan ini tentunya terkait dengan selera, jadi untuk hal ini silakan saja ikuti apa yang hati katakan. 3. Menikahlah dengan Seseorang yang memiliki prinsip hidup yang baik, When two person always agree, one is not necessary… Pilihlah seseorang yang mampu menyikapi perbedaan pendapat, mampu menghargai perbedaan selera dan berdialog dengan bijak. Dalam berumah tangga terdapat berbagai kemungkinan untuk berbeda pendapat tentang banyak hal. tentang pekerjaan, tentang kesukaan, tentang gaya hidup atau apapun nama hal lain sejenisnya. Jika pilihan kita salahjatuhkan kepada seseorang yang hanya bisa melihat dari sisi dia saja dan sama sekali nggak mengakomodir apa apa dari sisi kita, pastinya "ndongkol" selalu hadir di hari-hari setelahnya, cecok, ribut atau potensi KDRT bisa saja terjadi. bukankah itu bukan suatu yang kita harapkan kehadirannya. Perbedaan bukan nggak boleh ada, hanya kalupun perbedaan ada perbedaan itu dapat diterima dan mengarahkan keduanya untuk suatu hal yang lebih baik. Pilihlah orang yang bijak, jujur dalam kebaikan dan melindungayomi untuk ketenteraman hati. Bukankah yang akan kita cari adalah seperti serekah bunga berwarna yang menari yang tersusun dari kumpulan satuan helai-helai bunga, helai kebahagiaan, helai ketenteraman, helai kedamaian dan helai-helai yang lain silakan tentukan sendiri. Robbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqiina imaama (QS Al Furqan 74).Semoga kalau waktunya datang, hati yang cenderung kepadanya cukup tajam untuk menilainya sebagai "Imam atau Makmum" yang (subjektif relatif) sempuna untuk kita. ^_^ Pontianak, 21 Juli 2013
Blingify.com - Guys Backgrounds